Bahasa indonesia-nya kata: Cicing gandeng
Berikut terjemahan dari Cicing gandeng:
1. tinggal; 2. diam, tidak bergerak gaduh, ribut, berisik
Euweuh gingsir: 1. tidak ada; 2. hilang berubah
percaya diri: percaya diri, badan
Ti payun: dari depan; bahasa halus dari hareup
Beureum burahay: merah membara, memancarkan cahaya merah, api, besi yang dibakar, dsb
Anak capung: anak papatong
Balad gelut: 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata berkelahi
anak tunggal: anak sama
anu sae: 1. anu; 2. kata sambung yang; 3. kata ganti milik, kepunyaan bagus; bahasa halus dari alus
arti bahas indonesia nyungkun: harti bahas nyungkun
Sudah dari lama: enggeus ti heubeul
miyuni kembang: mempunyai sifat bunga
mAWA kU COKOR: membawa 1. kata depan 1. kaki binatang; cokor munding kaki kerbau; 2. kaki; bahasa kasar sekali dari suku
Purak baheum: membuka (bungkusan makanan) atau membelah buah yang besar menyuapkan makanan atau obat bubuk (sebelum ditelan)
arti binangkit: harti binangkit
hajat meleg: 1. kenduri; 2. selamatan, sedekah menelan
Bari cingogo: 1. sambil; 2. basi; 3. berita yang tidak hangat lagi, tidak aktual jongkok, berjongkok
pada saat: kuplet, bait kering, habis airnya
Oray Sinduk: ular sendok besar untuk menyauk sayur dari panci, dsb
Kenging ngahaja: buatan, kena, tertangkap, atau menang; bahasa halus untuk beunang atau meunang sengaja
Papatong hiber: capung terbang
Ari kiwari: 1. sedangkan; 2. kalau, jika; 3. waktu, begitu, ketika sekarang
Harti rampak kendang: arti bersama atau bersama-sama dibuang, diinternir
balad balad: 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata
Rakyat biasa: bdi abdi sasari
Wuwuh ngangseg: tambah, semakin; bahasa halus dari tambah atau beuki maju
Neda Widi : 1. makan; bahasa sedang dari dahar; 2. meminta, mohon; bahasa halus dari menta izin
Kolot kapoe: 1. tua; 2. orang tua; 3. asli; 4. kuno, ketinggalan jaman terkena sinar matahari
api-api teu nyaho: pura-pur tidak tahu
purah unggul: yang biasa disuruh lebih, menang; unggul
Poek manis: gelap 1. manis; 2. elok, menarik, cantik
percaya diri: percaya diri, badan
Ti payun: dari depan; bahasa halus dari hareup
Beureum burahay: merah membara, memancarkan cahaya merah, api, besi yang dibakar, dsb
Anak capung: anak papatong
Balad gelut: 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata berkelahi
anak tunggal: anak sama
anu sae: 1. anu; 2. kata sambung yang; 3. kata ganti milik, kepunyaan bagus; bahasa halus dari alus
arti bahas indonesia nyungkun: harti bahas nyungkun
Sudah dari lama: enggeus ti heubeul
miyuni kembang: mempunyai sifat bunga
mAWA kU COKOR: membawa 1. kata depan 1. kaki binatang; cokor munding kaki kerbau; 2. kaki; bahasa kasar sekali dari suku
Purak baheum: membuka (bungkusan makanan) atau membelah buah yang besar menyuapkan makanan atau obat bubuk (sebelum ditelan)
arti binangkit: harti binangkit
hajat meleg: 1. kenduri; 2. selamatan, sedekah menelan
Bari cingogo: 1. sambil; 2. basi; 3. berita yang tidak hangat lagi, tidak aktual jongkok, berjongkok
pada saat: kuplet, bait kering, habis airnya
Oray Sinduk: ular sendok besar untuk menyauk sayur dari panci, dsb
Kenging ngahaja: buatan, kena, tertangkap, atau menang; bahasa halus untuk beunang atau meunang sengaja
Papatong hiber: capung terbang
Ari kiwari: 1. sedangkan; 2. kalau, jika; 3. waktu, begitu, ketika sekarang
Harti rampak kendang: arti bersama atau bersama-sama dibuang, diinternir
balad balad: 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata 1. pasukan tentara; 2. teman seia sekata
Rakyat biasa: bdi abdi sasari
Wuwuh ngangseg: tambah, semakin; bahasa halus dari tambah atau beuki maju
Neda Widi : 1. makan; bahasa sedang dari dahar; 2. meminta, mohon; bahasa halus dari menta izin
Kolot kapoe: 1. tua; 2. orang tua; 3. asli; 4. kuno, ketinggalan jaman terkena sinar matahari
api-api teu nyaho: pura-pur tidak tahu
purah unggul: yang biasa disuruh lebih, menang; unggul
Poek manis: gelap 1. manis; 2. elok, menarik, cantik