Bahasa sunda-nya kata: Berdiri sendiri
Berikut terjemahan dari Berdiri sendiri:
tangtung anggana
berdiri = tangtung, nangtung
sendiri = anggana, sorangan
sendiri = anggana, sorangan
tidak sekolah: hanteu sakola
waktu kecil: wayah leutik
selalu bertengkar: tansah pecoh
suami tidak sehat: beubeureuh maneuh hanteu waras
Tidak kebagian: hanteu kabagean
suami mati: beubeureuh maneuh lampus
Sarua pisan: sama, serupa saruana amat, sangat
jangan malas: entong mumulan
Urang babakan: orang; aku; kita; mengajak; mari kampung baru
barakatak tuluy: kata pengantar untuk tertawa keras terus, lalu, selanjutnya
Kade encer: awas, hati-hati cair
Teu tuah: tidak petuah, nasihat
ulah suwung: jangan, tidak boleh kosong, tidak ada siapa-siapa
sebagian sebagian: wareh wareh
jadi budak ulah kedul: 1. jadi; 2. tumbuh; 3. berhasil; 4. oleh karena itu; 5. setuju; 6. menjadi anak-anak jangan, tidak boleh malas
kepala keluarga: sirah piri-umpi
Supados teu: agar, supaya; bahasa halus dari supaya tidak
Mulang tama: 1. pulang, kembali; bahasa sedang dari balik; 2. membalas (kebaikan, pemberian, dsb tamak, serakah
Sama aku: menganggap sama kepada orang yang lebih tinggi derajatnya atau lebih tua usianya 1. mengaku (bersalah, dsb.); 2. menganggap
Nyungsi asih: mencari keterangan cinta, kasih sayang, perasaan suka, mengasihi sesama
rasa asin: rasa 1. asin, rasa seperti garam; 2. ikan asin
Ti cengklak manah: dari terkulai tiba-tiba, seperti leher bayi yang digendong dengan gegabah pikir atau hati; bahasa halus dari pikir atau hate
garo singsat: menggaruk (yang gatal) menyingsingkan kain, dsb atau menarik pakaian bawah ke atas
teu kabagean deui: tidak kebagian lagi; sakali deui, sekali lagi
pulas katumbiri mani: 1. warna, rupa; 2. pewarna pelangi, bianglala 1. sampai, hingga; 2. air mani, sperma
Da tunduh: sebab, lantaran mengantuk
ngabebenjokeun nu ambekan we: memindahkan perhatian (anak yang menginginkan sesuatu, dsb) agar menjadi senang yang; napas saja, biar saja
memberi semangat : aweh sumanget
Kadaharan nu asalna beas: makanan yang; 1. tadinya; 2. mula-mulanya, sebab-musababnya, asal mulanya beras
meh asup: hampir, nyaris masuk, ke dalam
waktu kecil: wayah leutik
selalu bertengkar: tansah pecoh
suami tidak sehat: beubeureuh maneuh hanteu waras
Tidak kebagian: hanteu kabagean
suami mati: beubeureuh maneuh lampus
Sarua pisan: sama, serupa saruana amat, sangat
jangan malas: entong mumulan
Urang babakan: orang; aku; kita; mengajak; mari kampung baru
barakatak tuluy: kata pengantar untuk tertawa keras terus, lalu, selanjutnya
Kade encer: awas, hati-hati cair
Teu tuah: tidak petuah, nasihat
ulah suwung: jangan, tidak boleh kosong, tidak ada siapa-siapa
sebagian sebagian: wareh wareh
jadi budak ulah kedul: 1. jadi; 2. tumbuh; 3. berhasil; 4. oleh karena itu; 5. setuju; 6. menjadi anak-anak jangan, tidak boleh malas
kepala keluarga: sirah piri-umpi
Supados teu: agar, supaya; bahasa halus dari supaya tidak
Mulang tama: 1. pulang, kembali; bahasa sedang dari balik; 2. membalas (kebaikan, pemberian, dsb tamak, serakah
Sama aku: menganggap sama kepada orang yang lebih tinggi derajatnya atau lebih tua usianya 1. mengaku (bersalah, dsb.); 2. menganggap
Nyungsi asih: mencari keterangan cinta, kasih sayang, perasaan suka, mengasihi sesama
rasa asin: rasa 1. asin, rasa seperti garam; 2. ikan asin
Ti cengklak manah: dari terkulai tiba-tiba, seperti leher bayi yang digendong dengan gegabah pikir atau hati; bahasa halus dari pikir atau hate
garo singsat: menggaruk (yang gatal) menyingsingkan kain, dsb atau menarik pakaian bawah ke atas
teu kabagean deui: tidak kebagian lagi; sakali deui, sekali lagi
pulas katumbiri mani: 1. warna, rupa; 2. pewarna pelangi, bianglala 1. sampai, hingga; 2. air mani, sperma
Da tunduh: sebab, lantaran mengantuk
ngabebenjokeun nu ambekan we: memindahkan perhatian (anak yang menginginkan sesuatu, dsb) agar menjadi senang yang; napas saja, biar saja
memberi semangat : aweh sumanget
Kadaharan nu asalna beas: makanan yang; 1. tadinya; 2. mula-mulanya, sebab-musababnya, asal mulanya beras
meh asup: hampir, nyaris masuk, ke dalam